• Sedekah
  • /
  • Kenali Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah & Contohnya

Kenali Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah & Contohnya

Memahami konsep memberi dalam Islam seringkali membuat kita bertemu dengan tiga istilah yang populer: zakat, infak, dan sedekah. Meskipun ketiganya sama-sama merupakan amalan mulia yang bernilai pahala, banyak dari kita yang masih belum sepenuhnya memahami esensi dan perbedaannya. Padahal, mengetahui perbedaan sedekah infak dan zakat beserta contohnya adalah kunci untuk dapat menunaikan ibadah harta secara benar dan optimal sesuai syariat. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap konsep, mulai dari hukum, ketentuan, hingga implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, agar Anda tidak lagi keliru dan dapat memaksimalkan potensi kebaikan dari setiap harta yang Anda keluarkan.

Kenali Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah & Contohnya

Memahami Konsep Dasar Filantropi dalam Islam

Filantropi atau kedermawanan adalah jantung dari ajaran sosial dalam Islam. Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya (hablun minallah), tetapi juga hubungan horizontal antar sesama manusia (hablun minannas). Konsep berbagi harta melalui zakat, infak, dan sedekah menjadi instrumen utama untuk menciptakan keadilan sosial, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan membangun masyarakat yang peduli dan saling menopang. Ini bukan sekadar anjuran, melainkan sebuah sistem terintegrasi yang bertujuan untuk mensucikan harta, membersihkan jiwa dari sifat kikir, dan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT.

Cara Mendaftar untuk Donor Darah pada 22 Juni 2025
Klik pada gambar untuk daftar donor darah 22 juni 2025

Setiap Muslim didorong untuk menyisihkan sebagian dari rezeki yang mereka peroleh. Perintah ini tersebar di banyak ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Tujuannya jelas, yaitu agar harta tidak hanya berputar di kalangan orang-orang kaya saja, tetapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka yang kekurangan. Dengan berderma, seorang Muslim mengakui bahwa harta yang dimilikinya pada hakikatnya adalah titipan dari Allah, dan di dalamnya terdapat hak orang lain yang harus ditunaikan.

Amalan ini memiliki dimensi spiritual yang sangat dalam. Selain sebagai bentuk ketaatan, mengeluarkan harta di jalan Allah dijanjikan pahala yang berlipat ganda, menjadi penghapus dosa, dan bahkan sebagai naungan di hari kiamat kelak. Dengan demikian, zakat, infak, dan sedekah bukanlah pengeluaran yang mengurangi harta, melainkan sebuah investasi abadi untuk kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Memahami perbedaan mendasar di antara ketiganya akan membantu kita menempatkan setiap amalan pada porsinya yang tepat.

Zakat: Pilar Wajib Pembersih Harta dan Jiwa

Kewajiban zakat didasarkan pada dalil-dalil yang sangat kuat dalam Al-Qur'an dan Hadis, salah satunya dalam Surah At-Taubah ayat 103: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka." Ayat ini menegaskan fungsi ganda zakat: membersihkan (mengurangi dosa dan sifat kikir) dan mensucikan (membuat harta menjadi berkah dan halal). Zakat memastikan bahwa kekayaan tidak menumpuk dan menjadi sumber masalah sosial, melainkan didistribusikan untuk mengangkat harkat kaum dhuafa.

Untuk dapat menunaikan zakat, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi zakat (muzakki), yaitu Islam, merdeka, memiliki harta secara penuh, dan harta tersebut telah mencapai batas minimum (nisab) serta telah dimiliki selama satu tahun hijriah (haul). Ketentuan yang rinci dan terstruktur inilah yang menjadi salah satu pembeda utama zakat dari infak dan sedekah.

1. Jenis-jenis Zakat dan Penghitungannya

Secara umum, zakat terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Maal (harta). Keduanya memiliki waktu, kadar, dan objek yang berbeda.

<strong>Zakat Fitrah</strong>: Ini adalah zakat jiwa yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim, baik laki-laki, perempuan, dewasa, maupun anak-anak, pada bulan Ramadan hingga sebelum pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Tujuannya adalah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perkataan sia-sia dan kotor, serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Besaran zakat fitrah adalah <strong>satusha'* (sekitar 2,5 kg atau 3,5 liter) bahan makanan pokok di daerah tersebut. Di Indonesia, umumnya berupa beras.

  • Zakat Maal: Ini adalah zakat atas harta kekayaan. Zakat Maal memiliki cakupan yang lebih luas dan beragam, meliputi:

<strong>Zakat Emas dan Perak</strong>: Dikenakan jika kepemilikan emas telah mencapainisab* 85 gram atau perak 595 gram, dan telah dimiliki selama setahun. Kadarnya adalah 2,5%.
<strong>Zakat Perdagangan</strong>: Meliputi aset lancar dari usaha yang dijalankan. Dihitung dari modal yang diputar ditambah keuntungan, dikurangi utang.Nisab*-nya setara 85 gram emas dengan kadar 2,5%.
<strong>Zakat Pertanian</strong>: Dikeluarkan saat panen. Jika diairi dengan air hujan (tanpa biaya), zakatnya 10%. Jika menggunakan irigasi (dengan biaya), zakatnya 5%.Nisab-nya adalah 5wasaq* atau sekitar 653 kg.
<strong>Zakat Penghasilan/Profesi</strong>: Ini adalah ijtihad ulama kontemporer yang relevan saat ini. Zakat ini dikenakan atas gaji, honorarium, atau pendapatan profesi lainnya.Nisab*-nya dianalogikan dengan 85 gram emas per tahun, dan kadarnya 2,5%, bisa dibayarkan bulanan atau tahunan.

2. 8 Golongan Penerima Zakat (Asnaf)

Penerima zakat sudah ditentukan secara spesifik oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, Surah At-Taubah ayat 60. Ada delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat, dan zakat tidak sah jika diberikan kepada selain mereka. Ini adalah pembeda krusial dari infak dan sedekah yang penerimanya lebih fleksibel.

Berikut adalah 8 golongan penerima zakat:

  1. Fakir: Orang yang tidak memiliki harta dan tidak mampu bekerja untuk mencukupi kebutuhan pokoknya.
  2. Miskin: Orang yang memiliki harta atau pekerjaan, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
  3. Amil: Orang yang bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
  4. Mu'allaf: Orang yang baru masuk Islam atau orang yang diharapkan hatinya luluh untuk memeluk Islam.
  5. Riqab: Hamba sahaya atau budak yang ingin memerdekakan dirinya.
  6. Gharimin: Orang yang memiliki banyak utang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak sanggup membayarnya.
  7. Fisabilillah: Orang yang berjuang di jalan Allah dalam arti luas, seperti dakwah, jihad, pembangunan sarana pendidikan, dan kesehatan Islam.
  8. Ibnu Sabil: Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) dan kehabisan bekal untuk tujuan yang baik.

Infak: Mengeluarkan Harta di Jalan Allah

Jika zakat bersifat wajib dengan aturan yang ketat, maka infak lebih fleksibel. Secara bahasa, infak berasal dari kata nafaqa yang berarti mengeluarkan atau membelanjakan. Dalam istilah syariat, infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk suatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Hukumnya adalah sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), meskipun ada beberapa jenis infak yang bisa menjadi wajib, seperti nafkah suami kepada keluarga.

Infak tidak terikat oleh nisab maupun haul. Seseorang dapat berinfak kapan saja, dengan jumlah berapa saja, sesuai dengan keikhlasan dan kemampuannya. Tujuan infak sangat luas, mencakup segala bentuk kebaikan yang mendukung syiar Islam dan kemaslahatan umat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261, yang artinya, "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki."

Ayat tersebut memberikan motivasi luar biasa, bahwa setiap harta yang diinfakkan akan mendapat balasan berlipat ganda dari Allah. Infak berfokus pada pengeluaran harta atau materi. Ini menjadi pembeda utamanya dengan sedekah, yang cakupannya bisa non-materi. Contoh infak yang paling abadi manfaatnya adalah wakaf (waqf), yaitu menyerahkan harta benda yang tahan lama (seperti tanah atau bangunan) untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum.

1. Contoh Praktis Infak dalam Kehidupan Sehari-hari

Karena sifatnya yang fleksibel, pintu untuk berinfak terbuka sangat lebar dalam aktivitas kita sehari-hari. Setiap pengeluaran yang diniatkan untuk kebaikan di jalan Allah dapat terhitung sebagai infak. Ini menunjukkan bahwa ibadah harta tidak hanya untuk mereka yang kaya raya, tetapi untuk siapa saja yang memiliki niat tulus.

Beberapa contoh konkret dari infak adalah:

  • Memberikan sumbangan untuk pembangunan atau renovasi masjid, mushala, dan madrasah.
  • Menyumbang dana untuk pengadaan Al-Qur'an, buku-buku Islami, atau perlengkapan belajar di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA).
  • Mengisi kotak amal yang disediakan untuk kegiatan dakwah, santunan anak yatim, atau program sosial lainnya.
  • Memberikan bantuan finansial untuk korban bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, atau tanah longsor.
  • Mendanai program kemanusiaan, seperti pembangunan sumur di daerah kekeringan atau penyediaan layanan kesehatan gratis bagi dhuafa.

Sedekah: Kebaikan Universal yang Tak Terbatas Materi

Sedekah (sadaqah) adalah konsep yang paling luas dan universal. Berasal dari kata sidq yang berarti benar atau jujur, sedekah mencerminkan kebenaran iman seseorang. Hukum sedekah adalah sunnah (dianjurkan) dan cakupannya sangat fleksibel. Jika infak secara spesifik merujuk pada pemberian materi, maka sedekah mencakup pemberian materi dan non-materi. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas untuk mencari ridha Allah dapat bernilai sedekah.

Fleksibilitas sedekah inilah yang membuatnya menjadi amalan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dalam kondisi apa saja, tanpa memandang status sosial atau kemampuan finansial. Seseorang yang tidak memiliki harta untuk diinfakkan tetap bisa meraih pahala besar melalui pintu sedekah. Konsep ini mengajarkan bahwa kebaikan tidak terukur dari nominal, tetapi dari ketulusan dan manfaat yang ditimbulkan.

Kenali Perbedaan Zakat, Infak, Sedekah & Contohnya

Rasulullah SAW bersabda, "Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu." (HR. Tirmidzi). Hadis ini secara gamblang menunjukkan betapa luasnya makna sedekah. Bahkan, tindakan sederhana yang terlihat sepele seperti senyuman tulus pun dihitung sebagai sebuah kebaikan yang berpahala. Ini membuktikan bahwa Islam adalah agama yang memudahkan dan membuka pintu pahala seluas-luasnya bagi umatnya.

1. Bentuk-bentuk Sedekah Non-Materi

Keindahan sedekah terletak pada kemampuannya untuk diwujudkan dalam berbagai tindakan non-materi. Ini mematahkan anggapan bahwa berderma hanya bisa dilakukan dengan uang. Setiap Muslim dapat bersedekah setiap hari dengan amalan-amalan sederhana yang penuh makna.

Berikut adalah beberapa contoh sedekah non-materi yang diajarkan oleh Rasulullah SAW:
<strong>Mengucapkan kalimatthayyibah: Berdzikir seperti mengucapkansubhanallah, alhamdulillah, laa ilaha illallah, allahu akbar* dinilai sebagai sedekah.

  • Memberikan senyuman: Wajah yang ramah dan senyum yang tulus kepada sesama adalah bentuk sedekah yang paling mudah.
  • Menyingkirkan gangguan dari jalan: Membuang duri, batu, atau sampah dari jalan yang bisa membahayakan orang lain adalah sedekah.
  • Mengajarkan ilmu yang bermanfaat: Berbagi pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang positif, adalah sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir.
  • Mendamaikan dua orang yang berselisih: Upaya untuk menciptakan perdamaian dan kerukunan di tengah masyarakat juga merupakan sedekah.
  • Memberikan nasihat yang baik dan menolong orang lain dengan tenaga juga termasuk di dalamnya.

Perbandingan Zakat, Infak, dan Sedekah: Poin Kunci yang Wajib Diketahui

Setelah memahami definisi masing-masing, penting untuk melihat perbedaannya secara berdampingan agar tidak ada lagi kerancuan. Memahami poin-poin kunci ini akan membantu Anda dalam memprioritaskan dan menunaikan setiap amalan sesuai dengan koridor syariat. Zakat sebagai kewajiban harus didahulukan sebelum memperbanyak amalan sunnah seperti infak dan sedekah.

Ketiga amalan ini, meskipun berbeda, saling melengkapi dalam membangun sebuah ekosistem filantropi Islam yang kuat. Zakat menjamin jaring pengaman sosial bagi kelompok paling rentan (mustahik), sementara infak dan sedekah membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi seluruh umat untuk berkontribusi dalam berbagai proyek kebaikan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Untuk memudahkan pemahaman, berikut adalah tabel perbandingan yang merangkum perbedaan esensial antara zakat, infak, dan sedekah:

Aspek Zakat Infak Sedekah
Hukum Wajib (Fardhu 'Ain) Sunnah Sunnah
Waktu Terikat waktu tertentu (misal: haul untuk Zakat Maal, Ramadan untuk Zakat Fitrah) Tidak terikat waktu, bisa kapan saja Tidak terikat waktu, bisa kapan saja
Jumlah/Kadar Ditentukan secara spesifik oleh syariat (misal: 2,5%) Tidak ditentukan, sesuai keikhlasan Tidak ditentukan, sesuai keikhlasan
Penerima Terbatas pada 8 golongan (asnaf) yang spesifik Umum, siapa saja yang membutuhkan untuk kebaikan di jalan Allah Sangat umum, bisa untuk siapa saja, termasuk non-Muslim
Bentuk Harta Harta tertentu yang memenuhi syarat (nisab) Berupa harta/materi Berupa harta (materi) dan non-materi (tenaga, senyuman, ilmu)
Sanksi Berdosa jika sengaja ditinggalkan Tidak ada dosa jika ditinggalkan Tidak ada dosa jika ditinggalkan

Tabel di atas secara jelas menunjukkan bahwa karakteristik utama zakat adalah kewajiban yang terstruktur, dengan aturan main yang jelas mengenai kadar, waktu, dan penerima. Di sisi lain, infak dan sedekah adalah amalan sukarela yang sangat fleksibel. Perbedaan paling mendasar antara infak dan sedekah terletak pada bentuknya: infak selalu berbentuk materi (harta), sedangkan sedekah bisa berbentuk materi maupun non-materi.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

Q: Bolehkah membayar zakat langsung kepada fakir miskin tanpa melalui lembaga amil zakat (LAZ)?
A: Boleh, dan zakatnya tetap sah jika diberikan kepada salah satu dari 8 asnaf yang berhak. Namun, menyalurkan zakat melalui lembaga amil yang amanah dan profesional lebih diutamakan (afdal). Alasannya, lembaga amil memiliki data yang lebih valid mengenai siapa yang paling berhak, dapat mendistribusikan secara lebih merata, dan memiliki program pemberdayaan yang membuat dana zakat lebih produktif dan berkelanjutan, tidak hanya konsumtif.

Q: Apakah infak dan sedekah bisa menghapus dosa?
A: Ya, benar. Terdapat banyak hadis yang menyatakan bahwa sedekah (termasuk infak) dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api. Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi). Tentu saja, ini harus diiringi dengan taubat yang tulus (taubatan nasuha) atas dosa yang telah diperbuat.

Q: Mana yang harus saya dahulukan, membayar utang atau bersedekah?
A: Membayar utang adalah kewajiban, sedangkan sedekah adalah sunnah. Oleh karena itu, prioritas utama adalah melunasi utang. Dalam Islam, kewajiban harus selalu didahulukan daripada amalan sunnah. Setelah kewajiban utang lunas, barulah Anda dianjurkan untuk memperbanyak infak dan sedekah.

Q: Apakah memberikan hadiah kepada orang tua atau saudara termasuk sedekah?
A: Ya, memberikan sesuatu kepada keluarga atau kerabat dekat bahkan memiliki nilai pahala ganda. Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat adalah dua (pahala): pahala sedekah dan pahala menyambung silaturahmi." (HR. An-Nasa'i). Jadi, selain bernilai sedekah, Anda juga mendapat pahala karena mempererat tali persaudaraan.

Kesimpulan: Harmoni Ibadah Harta untuk Kesejahteraan Umat

Memahami perbedaan antara zakat, infak, dan sedekah adalah langkah awal untuk menjadi Muslim yang cerdas dalam beribadah harta. Ketiganya adalah instrumen kebaikan yang saling melengkapi, bukan saling meniadakan. Zakat adalah pondasi wajib yang terstruktur untuk menjamin keadilan sosial. Infak adalah wujud kedermawanan materi yang fleksibel untuk mendukung berbagai program kebaikan. Sementara sedekah adalah payung kebaikan universal yang bisa dilakukan siapa saja, kapan saja, baik dengan harta maupun perbuatan.

Setiap amalan memiliki tempat dan keutamaannya masing-masing. Tunaikanlah zakat sebagai pilar utama kewajiban Anda untuk membersihkan harta dan jiwa. Setelah itu, lapangkanlah pintu rezeki dan pahala Anda dengan memperbanyak infak dari harta yang Anda miliki dan menyebar senyum serta kebaikan sebagai bentuk sedekah dalam keseharian.

Dengan mempraktikkan ketiganya secara harmonis, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga turut serta secara aktif dalam membangun peradaban yang lebih adil, peduli, dan sejahtera. Semoga Allah SWT menerima setiap amal kebaikan kita dan menjadikannya pemberat timbangan di yaumul mizan kelak. Amin.

***

Ringkasan Artikel

Artikel ini mengupas tuntas perbedaan antara zakat, infak, dan sedekah beserta contohnya untuk memberikan pemahaman yang jelas bagi umat Islam.

  1. Zakat: Merupakan kewajiban (Rukun Islam) yang memiliki aturan ketat. Zakat terikat oleh syarat nisab (batas minimum harta) dan haul (batas waktu kepemilikan), dengan kadar yang telah ditentukan (misal: 2,5%). Penerimanya pun terbatas pada 8 golongan (asnaf) yang spesifik sesuai Al-Qur'an. Contohnya adalah Zakat Fitrah (2,5 kg beras di bulan Ramadan) dan Zakat Maal (zakat atas emas, penghasilan, atau perdagangan).
  1. Infak: Merupakan amalan sunnah (dianjurkan) yang berfokus pada pemberian harta/materi. Infak tidak terikat oleh aturan nisab, haul, atau jumlah tertentu. Tujuannya luas, yaitu untuk segala kebaikan di jalan Allah. Contohnya adalah menyumbang untuk pembangunan masjid, membantu korban bencana, atau mengisi kotak amal.
  1. Sedekah: Merupakan konsep yang paling luas, hukumnya sunnah. Sedekah mencakup pemberian materi maupun non-materi. Ini menjadikan sedekah sebagai amalan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, terlepas dari kondisi finansialnya. Contoh sedekah materi sama seperti infak, sedangkan contoh non-materi adalah senyuman, mengajarkan ilmu, atau menyingkirkan duri dari jalan.

Secara singkat, Zakat itu wajib dan terstruktur, Infak itu sunnah dan berupa materi, sedangkan Sedekah itu sunnah dan bisa berupa materi maupun non-materi. Memahami perbedaan ini penting untuk memprioritaskan amalan sesuai syariat Islam.

Kita Bersedekah

Writer & Blogger

Temukan panduan lengkap, cerita inspiratif, dan cara berkontribusi positif untuk membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain.

You May Also Like

Kitabersedekah.com adalah sumber informasi lengkap tentang sedekah dan kebaikan.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Contact Us

Ada pertanyaan? Kami siap membantu! Hubungi dan kami sangat senang mendengar dari Anda!

© 2025 kitabersedekah.com. All rights reserved.